Kesetaraan Gender Warung Kopi di Aceh

Budaya nongkrong di warung kopi (warkop) memang sudah menjadi tradisi tersendiri bagi masyarakat Aceh. Khususnya masyarakat Kota Banda Aceh yang mayoritas pendatang.

Mulai dari kaula muda sampai orang tua. Mulai pebisnis sampai mahasiswa. Bahkan pengangguran pun bersantai ria.

Mereka memanfaatkan warkop sebagai tempat pelampiasan untuk menghabiskan hari-hari penantian panggilan kerja.

Hal tersebut jika dilihat dari segi perekonomian memang sangat positif membangun. Terbukti. Beberapa tahun terakhir. Usaha warkop kian menjamur di Banda Aceh.

Hal ini berpengaruh pada penyerapan tenaga kerja. Perputaran uang juga akan semakin besar tentunya.
Lain dulu lain lagi sekarang. Dulu warkop di Aceh hanya dimanfaatkan oleh kaum lelaki saja. Mereka dari kalangan para pekerja. Baik itu petani, buruh maupun pekerja kantoran.

Mamanfaatkan warkop hanya sebagai tepat rehat sejenak. Dari sekedar minum kopi, ngobrol dan tegur sapa sesama rekan kerja. Itu berlangsung hanya dalam beberapa saat.

Selanjutnya meteka kembali bekerja. Konteks jaman sekarang warkop sejalan dengan perkembangan jaman.

Dengan tersedianya fasilitas yang mengglobal. Dimanfaatkan sebagai tempat online, nonton bareng. Bahkan terkesan sebagai tempat bermalas-malasan.

Kalau dulu tempat istirahatnya adalah rumah. Sekarang seolah-olah beralih ke warkop.

Hampir semua warkop menyediakan berbagai fasilitas seperti musalla dan makanan cepat saji. Mulai dari Nasi Goreng, Mie  Aceh, Martabak sampai Nasi Kucing atau Bu Prang "istilah dalam bahasa Aceh".

Harganya sangat terjangkau. Hal ini membuat pelanggan betah duduk menghabiskan waktu berjam-jam sambil online di media sosial.

Tulisan tentang gender sudah banyak yang menulisnya tetapi disini saya ingin berbagi pendapat dan opini. Opini tentang fenomena semakin maraknya kaum hawa berbaur dengan kaum adam dalam hal kesempatan mengambil tempat dalam warkop.

Sebelum menulis tulisan ini. Saya sudah menduga mungkin banyak dari pembaca akan menolak opini dan pendapat saya. Itu wajar saja. Karena anda menilai dari segi kebersamaan gender dalam HAM.

Seperti kita tahu masyarakat Aceh mayoritas beragama Islam dan segala sesuatu tentang HAM dan gender itu sudah diatur dalam agama Islam.

Jadi tergantung orangnya. Mau mengamalkan atau tidak. Oke, analisanya begini. Kita lihat dari budaya. Sejak dulu di Aceh yang doyan ngobar (Ngopi bareng) istilah kerennya atau hangout di warkop adalah para laki-laki.

Namun lain halnya sekarang. Kaum perempuan mulai bermunculan di warkop. Bahkan di beberapa tempat warkop di Banda Aceh menyediakan tempat semacam panggung untuk band lokal.

Sehingga banyak mengundang para kaula muda-mudi. Terkadang perempuan sudah lebih dominan dari lelaki.

Beberapa tempat warkop yang pernah saya kunjungi. Pada umumnya umur perempuan yang nongkrong di warkop adalah umur dua puluhan. Yang memungkinkan mereka adalah para mahasiswa.

Jika benar demikian. Mungkin saja mereka menyelesaikan tugas kuliah di warkop. Sehingga memungkinkan untuk mengumpulkan kelompok tugas. Atau mungkin saja para pebisnis menjumpai kliennya di warkop. Karena mungkin lebih efektif dibanding di tempat lain.

Fenomena sekarang adalah perempuan yang duduk di warkop itu sampai larut malam dengan berpakaian yang kurang islami. Sehingga muncul praduga bahwa para perempuan tersebut adalah bukan perempuan baik-baik.

Dari segi berbicara kemungkinan besar mereka adalah para pendatang dari luar daerah. Semoga saja benar bahwa mereka bukan perempuan Aceh.

Pada hakikatnya para wanita itu menjaga diri mereka dari segala fitnah. Sehingga perlu adanya kendali dari diri sendiri, keluarga dan lingkungan. Sadar bahwa nongkrong di warkop bagi kaum perempuan adalah bukan budaya perempuan Aceh.

Budaya perempuan Aceh adalah menjaga marwah dengan bijak dan berbudaya dengan intelektual tinggi. Tanpa menghilangkan nilai kebudayaan Aceh itu sendiri.

Sesuai dengan norma agama Islam. Menerima budaya luar yang baik dan acuhkan yang tidak sesuai dengan Agama.

Jika itu terjadi maka nilai kehormatan perempuan Aceh akan tetap terjaga. Membuat setiap orang luar berdecak kagum melihat petempuan Aceh yang cantik-cantik dan menjaga marwah dan budaya bangsa.[]











Comments

Popular posts from this blog

Desa Blang, Kampung Semangka

Sepuluh Gunung Api Meletus Paling Dasyat Di Indonesia

Hantu Aceh Berdasarkan Tempat