Sabang dan Etika Pengelola Wisata

Kesempatan berlibur ke Sabang (pulau weh) adalah hal yang sangat menyenangkan. Mengingat pulau paling barat Indonesia ini termasuk salah satu tempat idaman para turis. Baik pelancong manca negara maupun turis lokal. Dengan panorama bahari yang sangat indah didukung pula dengan fasilitas penginapan yang memadai.

Pulau Sabang bukan tempat yang baru bagi ku. Mengingat sudah kesekian kali aku ke tersebut. Namun ada hal menarik yang ingin Aku ceritakan pada kesempatan kali ini.

Sebelum berangkat ke Sabang. Terlebih dahulu kami hubungi Jason Statham alias Bang Rahmad. Dia langganan dimana kami menyewa tempat penginapan dan alat renang. Pokoknya alat-alat tek-tek bengeklah yang berkaitan dengan keperluan di Iboih nantinya bang Jasonlah konsultan kami yang siap melayani dengan khas senyum lebarnya.

Oke. Setelah semuanya dipastikan beres. Kami berangkat berenam. Kali ini kami antri tiket lebih cepat satu jam supaya tidak ketinggalan kapal karena hari libur biasanya buanyak pelancong yang berkunjung ke pulau Sabang.

Mengingat kami pergi dengan sepeda motor maka hal yang pertama yang harus kami lakukan adalah mengantri motor paling depan agar begitu dibuka pagar pembatas. Motor kamilah yang pertama masuk kapal. asiiik.
Pengalaman tahun lalu ngeri banget. Datang cepat-cepat pagi buta sudah antri untuk beli tiket kapal. Kami orang pertama beli tiketnya saat itu. karena belum banyak orang kami santai dulu sejenak. Motornya kami biarkan saja ditempat antrian tanpa ada yang jaga.

Eh pas mau berangkat motor kami tidak di posisi paling depan jalur antri. Risikonya saat itu adalah ketinggalan kapal. Untung masih ada pahlawan kesiangan kapal KMP Papuyu. Kapal ini merupakan kapal darurat apabila kapal KMP BRR yang mengambil jalur lambat ke Sabang muatannya penuh.

Bisa dibayangkan. Seharusnya berlayar ke Sabang dengan kapal lambat KMP BRR hanya dua jam lebih namun dengan KMP papuyu bisa lebih dari empat jam. Dengan gelombang laut mencapai 3 meter saat itu. Banyak penumpang yang mabuk laut dan muntah-muntah. Untung aku dan teman saat itu segera mengungsi ke atap paling atas.

Kalau sempat terjebak diruang penumpang mungkin aku akan mabuk juga karena sudah mulai mual sedikit, hahaha. Sekian sekilas info ke Sabang tahun lalu mari kita kembali ke laptop..hehehe.

Setelah lima belas menit kami menunggu. Akhirnya kami pun masuk kapal dan pooopp...poooop. Kapal berlayar keteluk Sabang. Alhamdulillah. Akhirnya berangkat juga. Ucapku dalam hati.

Kurang lebih dua jam kami sampai di pelabuhan Balohan Sabang. Tidak membuang waktu karena tidak tahan lagi. Yang pertama kami cari adalah warung nasi, hahaha. Lapar kami sodara-sodara. Maklum paginya hanya makan nasi dan Mie Aceh. Wah rakus buanget hehehe. Begitulah adanya. Lapar memang tidak dapat disembunyikan.

Setelah makan siang. Kami shalat Zuhur di mesjid terdekat, duduk sejenak lalu kami kembali berkemas untuk melanjutkan perjalanan ke tujuan wisata kami yaitu Iboih Beach. Setelah menempuh perjalanan yang menakjubkan dengan keindahan pohon besar di pinggir jalan sampailah kami di tempat Bang Jason.

Sesampai disana. Yang pertama kami tanyakan adalah tempat penginapan. Bang Jason dengan senyum lebarnya menyambut kami daengan menganggap kami adalah tamu istimewanya. Sehingga tempat yang pantas untuk penginapan kami adalah istana sederhananya yaitu rumahnya sendiri dan itu gratis hahaha. Kalau yang gratis-gratis memang paling demen kami  hahahahahaha.

Mengingat tempat penginapan banyak yang penuh maka kami dengan bahagia menerima tawaran dari Bang Jason.

Keesokan harinya pagi-pagi sekali kami bangun untuk bersiap berangkat ke pulau Rubiah. Pulau Rubiah merupakan surganya para snorkling, pencinta wisata bahari karang. Ikan hias begitu banyak dengan pemandangan dan biota laut yang menakjubkan waaaah. Rasanya pengen tinggal dan menetap di pulau indah Rubiah island hehehe.


Ilusstrasi Kejadian


Sesampai di pulau Rubiah. Tanpa pikir panjang aku langsung nyemplung ke laut. Tentunya dengan memakai pelampung agar tidak nyelam otomatis gaya batu hehehe. Breeeerr. Seger sodara-sodara. Teman-teman juga ikut nyemplung.

Seperti biasa berbaur dengan pesnorkling lain menikmati indahnya ikan dan karang hidup. Untuk menarik perhatian ikan supaya datang mendekat aku kasih mie instan. Sampai-sampai jari aku di cubit ikan hingga berdarah-darah hahahaha. Walaupun pedis jendral tapi menyenangkan sangat hehehe.

Setelah beberapa saat kami berenang-renang. Tiba saatnya kami ke darat untuk shalat dan makan siang. Lagi asik-asiknya ngobrol-ngobrol. Disinilah hal yang tak lazim terjadi. Tiba-tiba dari belakang kami datang seorang umurnya kira-kira paruh baya dengan kulit hitam legam. Dengan gagah bersuara lantangnya dia menggertak “Hey soe yang ek lam boat nyoe? Nyoe itamong ie, aneuk bajeung hana utak meubacut”.

"Hey siapa yang naik ke boat ini hingga masuk air. Dasar bajingan tidak punya otak". Begitulah kira-kira kalau diartikan, “nyan Gam. Munye ka kalon yang ek. Ka takat bak ulee ngat jra”. "Kalau kamu lihat yang naik ke boat. Kau pukul di kepalanya biar kapok. Pesannya pada anaknya yang kira-kira masih usia masih duduk dibangku Sekolah Dasar.

Karena saat dia bicara matanya tertuju pada kami. Ada teman-teman yang terpancing emosi. Merasa dituduh karena jelas-jelas kami tidak ada yang mendekat apalagi menaiki boat yang diparkir di kawasan snorkling.

Untung dapat segera ditenangkan. Mungkin kalau tidak. Sudah terjadi pergulatan hebat ala WWE antara kami dengan pria paruh baya tersebut hahahaha.

Hal ini mungkin adalah segi kelemahan yang dapat menimbulkan kerugian tersendiri bagi para pelaku wisata itu sendiri. Jika  hal ini terjadi dengan pengunjung dari luar daerah atau manca negara maka akan dipandang sebagai sebuah sikap yang tidak bersahabat dengan pengunjung.

Bahkan mencari perkara dengan tamu yang datang. Kondisi seperti ini akan membuat para pelancong merasa terganggu sehingga menyebabkan ketidaknyamanan berlama-lama di tempat wisata yang sangat berpotensi untuk dikembangkan di pulau Weh.

Seharusnya ada suatu pelatihan yang membina etika dari para pelaku ekonomi parawisata di pulau Sabang agar timbul etika enterpreneur yang santun dalam melayani pariwisata tidak hanya berorientasi pada profit saja.

Comments

Popular posts from this blog

Desa Blang, Kampung Semangka

Sepuluh Gunung Api Meletus Paling Dasyat Di Indonesia

Hantu Aceh Berdasarkan Tempat