Adu Sapi (Peupok Lumo)

Tradisi Peupok Lumo (Adu Sapi) di Aceh Besar dan Banda Aceh masih terus bertahan sampai sekarang. Belum jelas sejak kapan tradisi ini dimulai. Namun masyarakat setempat meyakini kalau tradisi Peupok Lumo sudah ada sejak puluhan tahun lalu yang diwarisi secara turun temurun oleh orang tua mereka. 


Kegiatan Adu Sapi ala Aceh Besar sempat terhenti beberapa tahun selama konflik di Aceh. Sekarang kondisi Aceh sudah kembali aman sehingga tradisi Peupok Lumo kembali digalakkan oleh masyarakat Aceh Besar. Biasanya perhelatan Peupok Lumo diadakan menjelang bulan Ramadhan. Biasanya pada hari megang atau menjelang hari megang yang diadakan di lapangan bantaran Sungai Lamnyong.


Fungsi kegiatan ini selain sebagai ajang silaturrahmi antara sesama pemelihara sapi juga merupakan ajang unjuk kehebatan pemeliharaan sapi. Ajang ini juga berfungsi sebagai pengenalan sapi pada calon pembeli sehingga calon pembeli sapi tidak susah mencari pemelihara sapi ke pasar karena banyak pemelihara sapi yang hadir pada ajang adu sapi tersebut.


Biasanya perlombaan adu sapi hanya berlangsung sepuluh menit. Jika sapi sanggup bertahan selama sepuluh menit maka dianggap sapi tersebut yang menang. Karena pemelihara sapi tidak akan mengambil resiko kalau saja sapi mereka akan mati kelelahan. Sebelum sapi ikut dalam laga terlebih dahulu sapi-sapi diberi makan yang cukup bergizi seperti susu dan telur ayam. 


Selama adu sapi pemilik sapi tetap memegang tali kendali sapi mereka masing-masing untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama adu berlangsung. Keamanan dan keselamatan sapi adalah yang paling utama dalam kegiatan ini. Layaknya anak sendiri beberapa dari mereka juga memberi nama pada sapi kesayangannya.

Simak beberapa Foto Peupok Lumo di bawah ini:

 Peupok Lumo di Desa Lamrheung Aceh Besar Juni 2014


 Foto ini saya ambil tepat di belakang rumah saya. komplek Bumi Permata Lamnyong























Tradisi Peupok Lumo adalah budaya warisan warga Aceh Besar. Menjaga budaya adalah tanggungjawab generasi yang sedang menjalani hidup sekarang ini. diharapkan juga akan dapat diwariskan kepada anak sampai cucu nanti. Sehingga secuil budaya yang ada tidak akan pernah hilang ditelan masa. Dimana suatu saat nanti semua para nara sumber atau pelakon budaya yang sekarang masih ada tidak dapat dijumpai lagi.

Lihat juga video terkait:

 

MN Akmal
Banda Aceh, 09 Juli 2014

Comments

Popular posts from this blog

Desa Blang, Kampung Semangka

Sepuluh Gunung Api Meletus Paling Dasyat Di Indonesia

Hantu Aceh Berdasarkan Tempat