Kondisi Wisata Aceh Kini
Menjadikan Aceh sebagai pusat studi
dan pariwisata kebencanaan merupakan peluang yang sangat besar untuk menaikkan pendapatan
masyarakat sekitar.
Berdasarkan data jumlah pengunjung internasional
ke Aceh mencapai 25.000 orang dan pengunjung lokal mencapai 800.000 lebih pada
tahun 2011 namun data tersebut tidak dapat dijamin kebenarannya karena proses
pencatatan ganda pada setiap orang.
Jumlah pengunjung ke Banda Aceh
paling banyak dari manca negara terjadi pada tahun 2006 sampai tahun 2008
mencapai 8000 orang namun setelahnya terus terjadi penurunan trafik. Sedangkan
pengunjung lokal kebanda aceh terus meningkat mencapai 16000 orang pada tahun 2011.
Oleh karena itu pemerintah mengambail
langkah untuk meningkatkan jumlah pengunjung pertama dilakukan oleh Pemerintah
kota Banda Aceh dengan membuat program untuk mempromosikan Kota Banda Aceh
melalui Visit Banda Aceh pada tahun 2011 kemudian diikuti dengan Visit Aceh
Year 2013 yang dicanangkan Pemerintah Aceh. Apakah itu berhasil? Iya program
tersebut berhasil setidaknya masih ada para wisatawan lokal dan manca negara yang
berkunjung ke Aceh.
Banyaknya pengunjung ke Aceh untuk
berwisata merupakan suatu peluang yang sangat menggiurkan untuk pertumbuhan
ekonomi daerah. Namun nyatanya pengunjung ke Aceh ataupun Banda Aceh hanya
sebagai transit semalam saja. Tujuan wisata utama mereka adalah Pulau Sabang
sehingga tidak berpengaruh besar bagi pelaku ekonomi di daerah daratan Aceh.
Apa yang salah?
Baiklah mari kita telaah pertama dari
segi pengunjung yang cenderung menurun. Hal ini mungkin saja karena kurangnya
promosi Aceh ke ranah internasional. Belum adanya website berbahasa inggris
yang khusus menuntun para peminat manca negara untuk berkunjung ke Aceh. Kemudian
tidak adanya jaminan keselamatan yang pasti baik itu kriminal maupun model
infrastruktur yang belum mendukung kenyamanan para pariwisata.
Belum terangkatnya isue budaya yang
unik akibat dari kurangnya even-even tertentu yang mempromosikan Aceh keluar
negeri membuat orang luar negeri melihat tidak ada perbedaan yang kontras dari
daerah lain.
Belum adanya standarisasi fasilitas
yang diterapkan oleh pelaku ekonomi misalnya gedung yang tahan gempa maupun
jalur evakuasi yang memadai jika terjadi bencana. Masalah kebersihan kota dan
tempat wisata juga masih sangat rendah kesadaran masyarakat untuk menjaga
lingkungannya.
Tidak adanya petunjuk arah berbahasa
inggris dalam kota dan daerah tertentu yang berpotensi menjadi tempat wisata.
Tingkah laku masyarakat yang tidak
acuh dengan parawisata menjadikan mereka tidak akan kembali lagi atau tidak
ingin berlama-lama di Aceh.
Apa yang seharusnya dilakukan untuk
meningkatkan pengunjung kemudian mereka betah di Aceh?
Berikut beberapa garis besar yang
dapat dilakukan sebagai berikut:
Mentraining bahasa asing bagi setiap
staf pada intansi-intansi pemerintah
yang berkaitan dengan pelayanan masyarakat terutama staf rumah sakit dan staf
pariwisata.
Penyediaan layanan informasi penting
disekitar area wisata.
Penyediaan area untuk pejalan kaki
dan keamanan pejalan kaki terjamin.
Membuat perencanaan prosedur
penyelamatan dan informasi akurat untuk evakuasi bencana untuk para turis, baik
itu penyediaan perlengkapan emergensi maupun petunjuk arah evakuasi di setiap
tempat atau gedung.
Kesadaran terhadap bahaya
dilingkungan sekitar wisata.
Keramahan para para warga lokal dalam
berinteraksi dengan para pengunjung.
Demikianlah kondisi Wisata Aceh kini
yang mungkin masih menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah untuk memperbaiki celah-celah
peluang ekonomi yang seharusnya dapat dijaring untuk meningkatkan pendapatan dan
mensejahterakan masyarakat Aceh.
Sumber: Luis Mota |
Comments