Pengurangan Risiko Bencana Gempa Melalui Kearifan Lokal Kebencanaan


Gempa bumi pada dasarnya terjadi setiap saat di belahan bumi seiring terjadinya pergerakan lempeng bumi namun terkadang tidak dapat dirasakan di satu wilayah tetapi sangat terasa di wilayah belahan bumi yang lain. Wilayah Indonesia merupakan negara yang berada pada tiga pertemuan garis patahan lempeng yaitu lempeng Eurasi, lempeng Australia dan lempeng Pasifik sehingga negara Indonesia merupakan daerah yang sering terjadi gempa. Gempa bumi dapat menyebabkan bencana lainnya seperti meletusnya gunung api, tanah longsor dan terjadinya tsunami.

Pengurangan Risiko Bencana Gempa Melalui Kearifan Lokal Kebencanaan

Gempa bumi dasyat dengan kekuatan besar dengan kekuatan 8,8 SR pernah terjadi di Indonesia pada tahun 1833 tepatnya pada tanggal 25 November namun tidak ada catatan tentang dampak dan korban yang ditimbulkan pada saat itu. Sejarah mencatan gempa bumi yang terjadi di indonesia pada tanggal 26 Desember tahun 2004 merupakan bencana gempa bumi terdasyat pada abad 21 dengan kekuatan 9,3 SR.  Gempa terakhir dengan kekutan besar 8,5 SR terjadi pada tahun 2012 yang terasa sampai ke India dan Thailand namun tidak menimbulkan korban jiwa.

Beberapa tahun terakhir indonesia merupakan langganan gempa bumi masih tidak lekang dari ingatan kita Gempa berkekuatan 9,3 Scala Rickter (SR) pada tanggal 26 Desember tahun 2004 yang disusul dengan terjadinya tsunami di Aceh menyebebkan korban jiwa sebanyak 130.000 orang. Kemudian pada tahun 2006 gempa bumi berkekuatan 5,9 SR mengguncang wilayah Yokyakarta yang menyebabkan 5.700 orang tewas dan banyak dari mereka kehilangan tempat tinggal. Tidak sampai disitu pada 30 September tahun 2009 gempa bumi berkekuatan 7.6 SR kembali terjadi di Sumatera Barat yang menimbulkan korban jiwa sebanyak 5.234 orang serta kerusakan rumah sebanyak lebih dari 150 rumah.

Gempa bumi merupakan fenomena alam yang tidak dapat dihindari namun manusia hanya dapat mengurangi dampak dari gempa bumi. Gempa bumi bisa saja terjadi dimana dan kapan pun. Sampai saat ini manusia belum dapat memastikan kapan dan dimana gempa bumi akan terjadi sehingga setiap komutitas yang menetap di wilayah yang dilalui oleh patahan lempeng bumi yang berpotensi terjadinya gempa bumi merupakan komunitas yang rentan terhadap bencana gempa bumi.

Oleh sebab itu manusia hanya dapat melakukan pengurangan risiko bencana yang ditimbulkan oleh gempa bumi bila sewaktu-waktu terjadi. Gempa bumi terjadi begitu tiba-tiba sehingga sangat perlu adanya kapasitas masyarakat dalam mengurangi efek yang ditimbulkan oleh gempa bumi. Seluruh wilayah Indonesia bisa dikatakan wilayah yang rentan terhadap gempa bumi sehingga menjadikan seluruh rakyat Indonesia adalah rakyat yang rentan atau berisiko terhadap bencana gempa bumi. Kapasitas dalam mengurangi risiko bencana gempa dapat dilakukan dengan membangun rumah tahan gempa. Membangun rumah tahan gempa tidak cukup jika tidak diiringi dengan sosialisasi terhadap ancaman bencana gempa yang mengancam warga.

Seperti yang telah kita tahu gempa bumi dapat memicu reaksi terhadap gejala alam lain yang berpotensi menjadi bencana seperti tsunami, meletus gunung api dan tanah longsor. Oleh sebab itu pembangunan rumah tahan gempa akan mengurangi risiko yang disebabkan oleh gempa bumi namun tidak dengan bencana lain seperti tsunami gunung api dan tanah longsor jika memang gempa bumi terjadi diwilayah yang multi potensi gempa seperti wilayah pesisir yang juga merupakan wilayah dengan penggunungan atau tebing.

Pembangunan infrastruktur tahan terhadap bencana gempa dan pembangunan jalur evakusi merupakan hal yang sangat penting namun pembekalan pengetahuan kepada masyarakat berisiko bencana jauh lebih penting. kejadian tsunami Aceh membuktikan di Pulau Simeulu dengan kearifan lokal pengetahuan tentang Smong dapat menyelamatkan penduduk Pulau Simeulu dari ancaman bahaya tsunami pada saat itu. Jauh berbeda dengan wilayah daratan Aceh dengan mobilitas aktifitas dan informasi yang diperoleh penduduk lebih tinggi di banding dengan Pulau Simeulu namun jumlah korban jiwa sangat benyak akibat terputusnya pengetahuan tentang tsunami.

Pada intinya penyebaran informasi terhadap bahaya yang mengancam merupakan faktor yang paling penting dalam pengurangan risiko bencana baik itu gempa bumi maupun gempa lainnya. Penguatan kearifan lokal tentang kebencanaan sangat diperlukan karena sifat manusia yang terlalu cepat melupakan suatu kejadian. Bencana dapat saja terulang tidak dalam waktu deka. namun dalam periode ratusan tahun kedepan. Bisa saja bencana yang sama akan terulang kembali namun tanpa ada persiapan dan pengetahuan yang mem-bodi seperti kearifan lokal tentang bencana bukan tidak mungkin kejadian tsunami yang menelan korban jiwa ratusan ribu orang dapat terjadi kembali di masa depan.

Comments

Popular posts from this blog

Desa Blang, Kampung Semangka

Sepuluh Gunung Api Meletus Paling Dasyat Di Indonesia

Hantu Aceh Berdasarkan Tempat