Pencuri Itu Kambing

Malam itu aku tidur lebih cepat, biasanya aku tidur jam 12.00 WIB. Entah kenapa malam itu aku tidur jam 09.00 WIB. Di luar  rintik hujan gerimis masih terdengar jatuh mengenai lembaran seng disamping kamar ku.

Hawa dingin nan sunyi membuat godaan untuk tidur semakin menjadi, mata pun tidak bisa diajak kompromi dan akhirnya, yakk. Aku tidur. Biasanya aku tidur kamar lantai dua.

Malam ini saking nggak tahan lagi karena mengantuk aku tidur di kamar bawah saja. Terlalu berat untuk naik lantai dua, lagi pula sepupuku pun tidak datang hari ini, biasanya mereka datang pada akhir pekan untuk kuliah.

Kumatikan lampu, kutarik selimut seadanya. Tidak menunggu  lama akhirnya aku terlelap, zzzz...zzzz...zzzz...

Beberapa saat aku tertidur. Dalam keadaan antara sadar dan tidak terdengar oleh ku suara ketukan tiga kali. Tuk., tuk, tuk. Terdengar pelan dan suaranya terasa jauh sekali, aku tak peduli dan aku kembali terlelap.

Lagi. Antara sadar dan tidak kali ini suara ketukan terdengar lebih keras, masih terasa suaranya begitu jauh “Oh itu suara tetangga  sedang perbaiki pagar rumah”, ujarku dalam hati.

Aku berfikir kalau aku sedang tidur siang. Aku tak bergerak masih dalam posisi semula dengan bantal menutup muka hendak melanjutka tidur. Gerimis hujan masih terdengar diluar sesekali suara titik hujan jatuh di kanopi rumah, suaranya terdengar keras dari dalam. Aku coba pejam mata. Tak lama kemudian suara itu muncul lagi tutuk,tutuk,tutuk,tutuk,tuk. "Haah pencuri" gumamku.

Aku diam mencoba senyap dengan memasang telinga baik-baik untuk coba mendengar apa yang baru saja aku dengar. Ku tunggu beberapa saat suara itu tak kunjung muncul. Masih tidur dalam keadaan kesiapsiagaan penuh.  Telinga aku pasang baik-baik.

Beberapa saat kemudian, kresek.,kresek.,kresekk. Suara seperti orang atau sesuatu berjalan di rumput kolaborasi dengan gesekan seperti suara badan tergesek dengan dinding tepat dikamar ku tidur sebelah luar. Aku mulai takut. Jantung mulai bermain tabuh dag dig dug, dag dig  dug.

Dalam gelap aku mencoba meraba pekatnya malam kemudian bangun pelan-pelan. Sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan bunyi. Layaknya ninja, aku menyelinap pelan, tiarap lalu merayab pelan-pelan menuju dekat jendela.

Aku celunguk sedikit kepala di jendela ternyata gelap tidak ada apapun yang nampak kecuali hanya gelap gulita. Aku coba meraba mungkin saja ada benda di sekeliling mungkin bisa dijadikan senjata. Ku dapat satu benda alakadarnya. Hanger gantungan baju dua buah.

Ku ambil dan stanbay dengan gaya merayap ala ninja, ecek-eceknya hanger senjata mematikan. Lumayan juga hanger kalau kupukul dikepalanya bisa buat pencurinya panik, fikirku gampang.

Sambil berfikir alternatif mengusir pencuri aku masih merayap di lantai tuk, tuk, tuk, tuk, krutuk. Suara itu masih terdengar.

“Ahh, apa-apaan ini. Jangan-jangan mereka sudah mulai mau masuk. Kalau saja mereka dapat masuk, bisa-bisa aku bisa jadi korban atau bisa jadi mereka mengikatku atau bahkan membunuhku. Ahh tidak. Aku harus keluar sebelum mereka bisa masuk. Apalagi kedengaran mereka tidak satu orang, dari suara berisik dan derap kaki mereka ada beberapa orang diluar dekat pintu. Aku harus keluar untuk cari bantuan”.

Penuh ketakutan aku coba keluar. Fikiran ku sudah sangat tidak tenang, aku mulai merangkak pelan menuju pintu kamar. Pelan dan pelan aku buka pintu kamar sebisa mungkin untuk tidak menimbulkan suara.

Aku khawatir kalau saja mereka sudah di dalam rumah karena sudah agak lama suara pintu diketok-ketok karena mereka sudah dari tadi berusaha mencongkel kunci pintu. Kurasa sekarang mereka sudah berhasil masuk ke rumah “oh tidak”.

Masih dalam keadaan takut aku buka pintu kamar. Aku merayap ke pintu utama rumah dengan sangat pelan aku putar kunci dan "yes" berhasil. Suara pintu belakang rumah masih juga terdengar seperti dikorek-korek “mencoba untuk membuka” ujarku pelan.

Dengan kaki menjinjit melangkah dengan sangat hati-hati. Pelan-pelan aku keluar rumah dan yak. Aku berhasil. Selanjutnya rumah tetangga jadi sasaran mencari bala bantuan tetangga yang ku kenal.

Rumahnya agak jauh. Mereka anak kos, masih muda pasti mau kalau ku ajak untuk membekuk gerombolan pencuri. Ku rasa hal itu juga hobi mereka. Apalagi dapat kesempatan memukul pencuri secara massa merupakan pengalaman yang menarik.

Tak menunggu lama aku segera bergegas dari kejauhan terlihat pintu rumah mereka masih terbuka. Rupanya mereka bergadang sedang bermain batu Domino.

Kuceritakan apa yang terjadi pada mereka. Gayung pun bersambut. Mereka setuju. “Wah pas kali sudah lama gak asah pukulan. Lumayan untuk latihan pukul-pukulan” ucap salah satu dari mereka.

Tidak menunggu lama Wardi yang seakan mahir dalam strategi Burgap (Buru dan Sergap) langsung mengatur rencana “Plan A kita harus menyebar. Dua orang langsung ke tempat kejadian perkara (TKP) untuk melakukan tindakan kejutan” ujar Wardi serius.

"Aku posisinya pemantau jarak jauh saja. Kalian atur strategi sedemikian rupa pokoknya jangan sampai lolos pencurinya mungkin sekarang mereka sudah di dalam rumah” ujarku cari aman saja.

“Oke sekarang Andi dan Jal jaga bagian depan rumah. Si Ma’e dan Wen bagian samping kanan rumah. Aku dan Pak Jon menyergap secara tiba-tiba dari sisi kiri.

Nanti ketika kami sergap kalian segera lari merapat. Ambil pentungan kalian. Boleh gagang sapu atau apa saja. Pokoknya kalau mereka lari kalian langsung kejar dan pukul di kakinya”. Intruksi Wardi.

“Plan B nya gimana ni kalau saja mereka banyak dan melawan?” tanya Pak Jon

“Nggak apa pak. Mereka gak akan melawan karena jumlah kita lebih banyak, kalaupun mereka melawan. Kita teriaki maling rame-rame Pak. Kita jangan ambil risiko” ujar Wardi enteng.

“Oke sip. Kalau begitu aku pantau dari jarak jauh ya, kemana mereka lari nanti aku akan segera memata-matai dari jauh” ujar ku sambil berlalu ke arah persawahan di belakang rumah.

Tim Burgab pun dengan senjata seadanya langsung terjun TKP. “Mereka di pintu belakang ya” teriak ku sedikit pelan meyakinkan mereka.

Dari kejauhan nampak oleh ku seunggukan hitam kadang muncul-kadang tenggelam dalam kegelapan. “Kali ini bakal akan ada kejadian seru. Mereka belum lari rupanya, susah juga bobol pintu rumah ku” ujarku berharap.

Di samping rumah. Dalam keremangan terlihat Wardi merangsek pelan dan melambaikan tangannya memanggil ku. “Ah apalagi anak ini” fikirku. Aku coba mendekat dan lebih dekat unggukan hitam masih terlihat bergerak-gerak.

Wardi dan Pak Jon tidak berani mengintip dari samping rumah. Sepertinya dia takut kalau pencurinya bersenjata.

Aku kembali mendekat dan masuk melalui pagar samping rumah untuk bergabung dengan Wardi dan Pak Jon. Sesampainya aku Wardi berbisik “kita kejutkan mereka bersama-sama supaya mereka panik hingga nggak sempat lari. Pak Jon ini talinya Pak badannya besar harus siap tinju dan mengikatkan mereka segera. Pak Jon dengan wajah tegangnya “siip” sambil menunjukkan jempolnya.

Bagaimana dengan tim charlie? tanya ku.

“Tim Charlie siapsiaga di samping sebelah kanan. Mereka sudah lihai dalam hal ini, pengalamannya menyergap dan menangkap pencuri lembu yang di karbit di kampungnya” jawab Pak Jon bercanda.
“Dengar mereka masih kresek, kresek, tuh”

“Ayo. Sekarang siapsedia, ikuti aba-aba ku”. Sambil mengepalkan tangannya ke atas Wardi menghitung dengan meunjukkan jarinya satu persatu. Satu, duaa, tiigaa. Dengan serentak kami keluar tiba-tiba dan..

Haaaahhh Pancuri..........!!!!

Krepaak,,.,krepukk,,kreppak,, kreppuk,, Suara dalam semak-semak.

Mbeeee,,,mbeeee,,,mbeeee. Teriak suara dalam belukar spontan kepanikan.

Satu, dua, tiga, empat ekor kambing lari pontang-panting kepanikan untuk menyelamatkan diri dengan merangsek dari bawah pagar belakang rumah.

Kami saling pandang. Tawa pun pecah di kegelapan malam.

Dari sisi kanan rumah Ma’e dan si Wen keluar dengan tertawa konyol.

Ka ipeungeut Kee le Kameng tengoh-teungoh malam that ka meulagee kah Man”.

"Ka keunong tipeee. hahaha" ujar Ma'e

“Nyan Kameng kon pancuri”hahaha.

That ka peutumpoi kemampuan detektif droe keuh” ujar Pak Jon.

Malam itu sial atau apa kata sebutannya. Pokoknya aku sudah melakukan hal yang benar. Memanggil orang untuk menangkap pencuri adalah hal wajar dan ternyata yang aku laporkan adalah kambing bukan pencuri. Itu persoalan yang kesepuluh karena aku tidak ingin mengambil resiko.

Kalau saja itu benar pencuri. Aku juga yang menjadi korban, kalau sudah terjadi siapa yang bertanggungjawab. Kalau bukan pencuri itu sendiri. Lah, pencuri mana ada yang mau ngaku toh.


MN Akmal
Banda Aceh, 22 Juni 2014

Comments

akmal said…
Teurimong geunaseh Ikram Abdul Baari
Unknown said…
hehehehee.... bahasa yang cukup ringan dan sederhana apa adanya,
akmal said…
Terimaksih sudah berkunjung Marhamah
Tulisan yang ringan lebih mudah untuk kita tulis..,hehe

Popular posts from this blog

Desa Blang, Kampung Semangka

Sepuluh Gunung Api Meletus Paling Dasyat Di Indonesia

Hantu Aceh Berdasarkan Tempat